Kamis, 17 Maret 2016

Sejarah Masjid Istiqlal

  1. Sejarah Masjid Istiqlal

    Masjid Istiqlal yang terletak di pusat ibukota Jakarta ini merupakan masjid terbesar di Asia Tenggara.[1] Pembangunan masjid ini diprakarsai oleh Presiden Soekarno. Presiden pertama Republik Indonesia ini melakukan pemancangan  batu pertama, sebagai tanda dimulainya pembangunan masjid Istiqlal dilakukan pada 24 Agustus 1951. Sedang rancang bangun Masjid Istiqlal ini diarsiteki Frederich Silaban, seorang Kristen Protestan.[2]
    Kompleks Masjid Istiqlal ini dibangun di atas lahan bekas Taman Wilhelmina, di timur laut lapangan Medan Merdeka yang ditengahnya berdiri  (Monas). Di seberang timur masjid ini berdiri Gereja Katedral Jakarta. Bangunan utama masjid ini terdiri dari lima lantai dan satu lantai dasar. Masjid ini memiliki gaya arsitektur modern dengan dinding dan lantai berlapis marmer, dihiasi ornamen geometrik dari baja antikarat. Bangunan utama masjid dimahkotai satu kubah besar berdiameter 45 meter yang ditopang 12 tiang besar. Menara tunggal setinggi total 96,66 meter menjulang di sudut selatan masjid. Masjid ini mampu menampung lebih dari dua ratus ribu jamaah.[3]
    Selain digunakan sebagai tempat ibadah umat Islam, masjid ini digunakan sebagai kantor berbagai organisasi Islam di Indonesia, aktivitas sosial, dan kegiatan umum. Masjid ini juga menjadi salah satu daya tarik wisata yang terkenal di Jakarta. Kebanyakan wisatawan yang berkunjung umumnya wisatawan domestik, dan sebagian wisatawan asing yang beragama Islam. Masyarakat non muslim juga dapat berkunjung ke masjid ini setelah sebelumnya mendapat pembekalan informasi mengenai Islam dan Masjid Istiqlal, meskipun demikian bagian yang boleh dikunjungi kaum non muslim terbatas dan harus didampingi pemandu.[4]
    Setiap hari besar Islam seperti Ramadhan, Idul Fitri, Idul Adha, Tahun Baru Hijriyah, Maulid Nabi Muhammad dan Isra dan Mi'raj, Presiden Republik Indonesia selalu mengadakan kegiatan keagamaan di masjid ini yang disiarkan secara langsung oleh beberapa stasiun televisi.[5]

    Daftar isi

    Sejarah Masjid


    Pada 1950-1953, beberapa ulama mencetuskan ide untuk mendirikan masjid megah yang akan menjadi kebanggaan warga Jakarta sebagai ibukota dan rakyat Indonesia secara keseluruhan. Para ulama ini adalah KH. Wahid Hasyim, Menteri Agama RI pertama, yang melontarkan ide pembangunan masjid itu bersama-sama dengan H. Agus Salim, Anwar Tjokroaminoto dan Ir. Sofwan beserta sekitar 200-an orang tokoh Islam pimpinan KH. Taufiqorrahman. Ide itu kemudian diwujudkan dengan membentuk Yayasan Masjid Istiqlal.[6]       

    Pembangunan kubah Masjid Istiqlal pada tahun 1970-an. Diakses dari www.konteks.org, 11 Desember 2015.
    Pada 7 Desember 1954, didirikan yayasan Masjid Istiqlal yang diketuai oleh H. Tjokroaminoto untuk mewujudkan ide pembangunan masjid nasional tersebut. Gedung Deca Park di Lapangan Merdeka (kini Jalan Medan Merdeka Utara di Taman Museum Nasional), menjadi saksi bisu atas dibentuknya Yayasan Masjid Istiqlal. Nama Istiqlal diambil dari bahasa Arab yang berarti Merdeka sebagai simbol dari rasa syukur bangsa Indonesia atas kemerdekaan yang diberikan oleh Allah SAW. Presiden pertama Republik Indonesia Soekarno menyambut baik ide tersebut dan mendukung berdirinya yayasan masjid Istiqlal dan kemudian membentuk Panitia Pembangunan Masjid Istiqlal (PPMI).[7]
    Presiden Soekarno mulai aktif dalam proyek pembangunan Masjid Istiqlal sejak beliau ditunjuk sebagai Ketua Dewan Juri dalam Sayembara maket Masjid Istiqlal yang diumumkan melalui surat kabar dan media lainnya pada 22 Februari 1955. Melalui pengumuman tersebut, para arsitek baik perorangan maupun kelembagaan diundang untuk turut serta dalam sayembara itu.[8]

    Perdebatan Lokasi Masjid


    Terjadi perbedaan pendapat mengenai rencana lokasi pembangunan Masjid Istiqlal. Drs. H. Mohammad Hatta (Wakil Presiden RI) berpendapat bahwa lokasi yang paling tepat untuk pembangunan Masjid Istiqlal tersebut adalah di Jalan Mohammad Husni Thamrin yang kini menjadi lokasi Hotel Indonesia. Pertimbangan Mohammad Hatta memilih lokasi tersebut, karena berada di lingkungan masyarakat Muslim dan waktu itu belum ada

    Masjid Istiqlal berada di kawasan Medan Merdeka, Jakarta Pusat. Diakses dari www.alfarizyblogs.blogspot.co.id, 11 Desember 2015.
    bangunan di atasnya.[9] Sementara itu, Presiden Soekarno mengusulkan lokasi pembangunan Masjid Istiqlal di Taman Wilhelmina, yang di dalamnya terdapat reruntuhan benteng Belanda dan dikelilingi oleh bangunan-bangunan pemerintah dan pusat-pusat perdagangan serta dekat dengan Istana Merdeka. Hal ini sesuai dengan simbol kekuasaan kraton di Jawa dan daerah-daerah di Indonesia bahwa masjid harus selalu berdekatan dengan kraton atau dekat dengan alun-alun, dan Taman Medan Merdeka dianggap sebagai alun-alun Ibu Kota Jakarta. Selain itu, Presiden Soekarno menghendaki masjid ini berdampingan dengan Gereja Katedral Jakarta untuk melambangkan semangat persaudaraan, persatuan dan toleransi beragama sesuai Pancasila.[10]
    Pendapat Moh. Hatta tersebut akan lebih hemat karena tidak akan mengeluarkan biaya untuk penggusuran bangunan-bangunan yang ada di atas dan di sekitar lokasi. Namun, setelah dilakukan musyawarah, akhirnya ditetapkan lokasi pembangunan Masjid Istiqlal di Taman Wilhelmina. Untuk memberi tempat bagi masjid ini, bekas benteng Belanda yaitu benteng Prins Frederick yang dibangun pada tahun 1837 dibongkar.[11]

    Sayembara Desain Masjid Istiqlal


    Presiden Soekarno menyanggupi untuk membantu pembangunan masjid, bahkan memimpin sendiri penjurian sayembara desain maket masjid. Setelah melalui beberapa kali sidang, di Istana Negara dan Istana Bogor, dewan juri yang terdiri dari Prof.Ir. Rooseno, Ir.H. Djuanda, Prof.Ir. Suwardi, Hamka, H. Abubakar Aceh, dan Oemar Husein Amin.[12]
    Pada 1955, Panitia Pembangunan Masjid Istiqlal mengadakan sayembara rancangan gambar atau arsitektur Masjid Istiqlal yang jurinya diketuai oleh Presiden Soekarno dengan hadiah berupa uang sebesar Rp. 75.000, serta emas murni seberat 75 gram. Sebanyak 27 peserta mengikuti sayembara,

    Masjid Istiqlal merupakan masjid terbesar di kawasan Asia Tenggara. Diakses dari widhibbkarno.blogspot.co.id, 11 Desember 2015.
    namun dari seluruh peserta hanya 5 peserta yang memenuhi syarat, yaitu 1. F. Silaban dengan rancangannya “Ketuhanan”
    2. R. Oetoyo dengan rancangannya “Istighfar”
    3. Hans Groenewegen dengan rancangannya “Salam”
    4. Mahasiswa ITB (5 orang) rancangannya “Ilham 5”
    5. Mahasiswa ITB (3 orang) rancangannya “Chatulistiwa”[13]
    Setelah proses penjurian yang panjang dengan mempelajari rancangan arsitektur beserta makna yang terkandung didalamnya berdasarkan gagasan para peserta maka akhirnya pada 5 Juli 1955 atas perintah Presiden Soekarno memutuskan desain rancangan dengan judul “Ketuhanan” karya Frederich Silaban dipilih sebagai pemenang sebagai model dari Masjid Istiqlal.

    Arsitek Masjid Beragama Kristen


    Frederich Silaban adalah seorang arsitek beragama Kristen kelahiran Bonandolok Sumatera, 16 Desember 1912. Silaban merupakan anak dari pasangan suami istri Jonas Silaban Nariaboru. Ia adalah salah satu lulusan terbaik dari Academie van Bouwkunst Amsterdam pada 1950. Selain membuat desain Masjid Istiqlal, ia juga merancang kompleks Gelanggang Olahraga Senayan.
    Untuk menyempurnakan rancangan Masjid Istiqlal, Silaban mempelajari tata cara dan aturan orang muslim melaksanakan shalat dan berdoa selama kurang lebih tiga bulan. Selain itu, ia mempelajari banyak pustaka mengenai masjid-masjid di dunia.[14]

    Awal Pembangunan Masjid Istiqlal


    Sekitar 1950 hingga akhir 1960-an, Taman Wilhelmina di depan Lapangan Banteng dikenal sepi, gelap, kotor dan tak terurus. Tembok-tembok bekas bangunan benteng Frederik Hendrik di taman tersebut dipenuhi lumut dan rumput ilalang disana-sini. Kemudian pada 1960, di tempat yang sama, ribuan orang yang berasal dari berbagai kalangan masyarakat biasa, pegawai negeri, swasta, alim ulama dan ABRI bekerja bakti membersihkan taman tak terurus di bekas benteng penjajah itu.[15]
    Setahun kemudian, tepatnya 24 Agustus 1961, masih dalam bulan yang sama perayaan kemerdekaan RI, menjadi tanggal yang paling bersejarah bagi umat muslimin di Jakarta khususnya, dan Indonesia umumnya. Untuk pertama kalinya, di bekas Taman Wilhelmina, kota Jakarta memiliki sebuah masjid besar. Sebuah masjid yang dimaksudkan sebagai simbol kemerdekaan bagi bangsa Indonesia. Padanan katanya dalam bahasa Arab berarti merdeka dan disepakati diberi nama Istiqlal sehingga jadilah Masjid Istiqlal namanya.[16]
    Tanggal yang bertepatan dengan peringatan Maulud Nabi Muhammad SAW itu, dipilih sebagai momen pemancangan tiang pertama oleh Presiden Soekarno yang ketika itu langsung bertindak sebagai Kepala Bidang Teknik.

    Proses Panjang Pembangunan Masjid Istiqlal


    Keadaan iklim politik dalam negeri yang cukup memanas ketika itu, berakibat proyek ambisius pembangunan Masjid Istiqlal tersendat-sendat pembangunannya. Pasalnya, pembanganan masjid terbesar di Asia Tenggara itu bersamaan dengan pembangunan monumen lain seperti Gelora Senayan, Monumen Nasional, dan berbagai proyek mercu suar lainnya. Hingga pertengahan 1960-an, proyek Masjid Istiqlal terganggu penyelesaiannya. Puncaknya ketika meletus peristiwa G 30 S/PKI pada 1965-1966, pembangunan Masjid Istiqlal bahkan terhenti sama sekali.[17]
    Barulah ketika Himpunan Seniman Budayawan Islam memperingati miladnya yang ke 20, sejumlah tokoh, ulama dan pejabat negara tergugah untuk melanjutkan pembangunan Masjid Istiqlal. Dipelopori oleh Menteri Agama KH. M. Dahlan upaya penggalangan dana mewujudkan fisik masjid digencarkan kembali. Presiden Soekarno, yang pamornya di mata masyarakat mulai luntur, kedudukannya dalam kepengurusan diganti oleh KH. Idham Chalied yang bertindak sebagai koordinator panitia nasional Masjid Istiqlal yang baru. Lewat kepengurusan yang baru, masjid dengan arsitektur bergaya modern itu selesai juga pembangunannya.[18]
    Semula pembangunan masjid direncanakn akan memakan waktu selama 45 tahun namun dalam pelaksanaannya ternyata jauh lebih cepat. Bangunan utama dapat selesai dalam waktu 6 tahun tepatnya pada 31 Agustus 1967 sudah dapat digunakan yang ditandai dengan berkumandangnya adzan maghrib yang pertama.[19]
    Secara keseluruhan pembangunan Masjid Istiqlal diselesaikan dalam kurun waktu 17 tahun. Peresmiannya dilakukan oleh presiden Soeharto pada 22 Februari 1978. Kurun waktu pembangunannya telah melewati dua periode masa kepemimpinan yaitu Orde Lama dan Orde Baru. Pendanaan pembangunan masjid ini pada masa Orde Lama direalisasikan melalui proyek mandataris sementara pada masa Orde Baru menjadi bagian dari Proyek Repelita (Rencana Pembagunan Lima Tahun). Kini masjid Istiqlal berdiri megah di Ibukota Jakarta dan menjadi kebanggaan seluruh masyarakat Indonesia.[20]

    Bangunan Masjid dan Spesifikasinya


    Desain bangunan Masjid Istiqlal ini menerapkan prinsip minimalis. Secara umum Masjid Istiqlal terdiri dari gedung induk, gedung pendahulu dan emper sampingnya. Selain itu, terdapat teras raksasa, dan emper keliling serta menara. Ruang-ruang terbuka atau plaza di kiri-kanan bangunan utama dengan tiang-tiang lebar di antaranya, dimaksudkan oleh perancangnya untuk memudahkan sirkulasi udara dan penerangan yang alami serta mendatangkan kesejukan hati bagi para jamaah yang beribadah.

    Spesifikasi Masjid Istiqal

    Luas lahan Masjid Istiqlal sekitar 12 hektar, luas bangunannya 7 hektar. Luas lantai masjid ini seluas 72.000 m2, dan luas atap masjid sekitar 21.000 m2
    Pembangunan Masjid Istiqlal ini dibutuhkan: Semen 78.000 zak dari Gresik, Baja 337 ton, Marmer 93.000 m2, Keramik 11.400 m2, dan Aspal 21.500 m2.[21]

    Bagian Bangunan Masjid Istiqlal




    Gedung Induk

    Bangunan utama masjid ini dapat menampung 100.000. jemaah pada waktu shalat Idul Fitri dan Idul Adha.
    Bagian bawah sekeliling kubah terdapat kaligrafi Surat Yassin yang dibuat oleh K.H Fa’iz. Bagian dalam di bawah sekeliling kubah terdapat kaligrafi Surat Alfateha, Surat Thaha ayat 14, Ayat Kursi, dan Surat Al Ikhlas.[22]

    Kubah Masjid

    Dari luar atap bagian atas kubah dipasang penangkal petir berbentuk lambang Bulan dan Bintang yang terbuat dari stainless steel dengan diameter 3 meter dan berat 2,5 ton
    Dari dalam kubah di topang oleh 12 pilar berdiameter 2,6 meter dengan tinggi 12 meter, angka ini merupakan simbol angka kelahiran nabi Muhammad SAW yaitu 12 Rabiul Awal.
    Seluruh bagian gedung utama Masjid Istiqlal dilapisi marmer yang didatangkan langsung dari Tulungagung seluas 36.980 meter persegi. Lantainya ditutupi karpet merah sumbangan dari pemerintah Kerajaan Arab.[23]

    Gedung Pendahulu dan Emper Samping

    Bagian gedung ini memiliki tinggi sekitar 52 meter,  panjangnya 33 meter, dan lebar sekitar 27 meter
    Bagian gedung ini memiliki lima lantai yang terletak di belakang gedung utama yang diapit dua sayap teras. Luas lantainya 36.980 m2 dengan dilapisi 17.300 m2. jumlah tiang pancangnya sebanyak 1800 buah. Di atas gedung ini ada sebuah kubah kecil. Fungsi utama dari gedung ini setiap jamaah dapat menuju gedung utama secara langsung. Selain itu juga bisa dimanfaatkan sebagai tempat perluasan shalat bila gedung utama penuh.[24]

    Teras Raksasa

    Teras raksasa terbuka seluas 29.800 m2 terletak di sebelah kiri belakang gedung induk. Teras ini dibuat untuk menampung jamaah pada saat shalat Idul Fitri dan Idul Adha. Arah poros teras ini mengarah ke Monument Nasional menandakan masjid ini adalah masjid nasional. Selain itu teras ini juga berfungsi sebagai tempat acara-acara keagamaan seperti MTQ dan pada emper tengah dahulu biasa digunakan untuk manasik (latihan) haji.[25]

    Emper Keliling

    Emper ini mengelilingi teras raksasa dan emper tengah yang sekelilingya terdapat 1800 pilar guna menopang bangunan emper. Panjang emper keliling ini sekitar  165 meter, dan lebarnya 125 meter.[26]

    Bedug Raksasa

    Di sudut sebelah tenggara terdapat bedug raksasa yang berfungsi sebagai alat pertanda waktu shalat. Bedug merupakan salah satu ciri ke-Islaman Indonesia dimana hanya terdapat di masjid-masjid Indonesia.
    Bedug ini terbuat dari kayu meranti dari Kalimantan Timur yang konon berumur 300 tahun. Garis tengah/ diameter depan adalah 2 meter sedangkan diameter belakang adalah 1,71 meter. Sementara panjang keseluruhan adalah 3 meter dengan berat total 2,3 ton.[27]
    Kulit pada bedug adalah kulit sapi. Dibutuhkan 2 lembar kulit sapi dari 2 ekor sapi dewasa. Bagian depan adalah kulit sapi jantan sedangkan bagian belakang adalah kulit sapi betina. Untuk menempelkan kulit ini dibutuhkan 90 paku yang terbuat dari kayu Sonokeling yang pembuatannya membutuhkan waktu 60 hari di Jepara Jawa Tengah.[28]
    Kaki penopang bedug disebut Jagrag setinggi 3,8 meter pada kakinya terdapat tulisan Allah dalam segilima yang melambangkan rukun Islam dan waktu shalat. Di sisi lain terdapat tulisan “Bismillahirrahmanirrahim”. Pada ke-empat sisi kakinya terdapat tulisan dua kalimat syahadat. Pada bagian Jagrag keseluruhan ada 27 buah kaligrafi ukiran SuryaSangkala (tahun matahari) yang merupakan pengaruh kebudayaan Hindu sementara pada bagian atas ada ornament ukiran menyerupai naga yang merupakan pengaruh Budha. Sehingga secara keseluruhan bedug ini merupakan wujud dari akulturasi islam dengan berbagai kebudayaan lainnya yang ada di Indonesia.[29]

    Menara (Minaret)

    Menara Masjid Istiqlal setinggi 6666 centimeter atau 66,66 meter. Sedang diameter menara sekitar 5 meter.
    Bangunan menara meruncing ke atas ini berfungsi sebagai tempat Muadzin mengumandangkan Azan. Di atasnya terdapat banyak pengeras suara yang dapat menyuarakan azan ke kawasan sekitar masjid.
    Puncak menara yang meruncing dirancang berlubang-lubang terbuat dari kerangka baja tipis. Angka 6666 merupakan symbol dari jumlah ayat yang terdapat dalam AL Quran.[30]

    Halaman dan Air Mancur Masjid Istiqlal

    Halaman masjid Istiqlal seluas 9,5 hektar. Halaman ini dapat menampung kurang lebih 800 kendaraan sekaligus melalui 7 buah pintu gerbang masuk yang ada. Di halaman masjid terdapat tiga jembatan yang panjangnya sekitar 21 sampai 25 meter.
    Di dalam kompleks masjid di sebelah selatan terdapat air mancur yang berada di tengah-tengah kolam seluas ¾ hektar. Air mancur ini dapat memancarkan air setinggi 45 meter.
    Halaman masjid Istiqlal dikelilingi pepohonan yang rindang agar suasana masjid terasa sejuk sehingga akan menambah kekhusukan jamaah beribadah di masjid ini.[31]

    Tempat Wudhu, Air, dan Penerangan

    Tempat wudhu terdapat di beberapa lokasi di lantai dasar yaitu di sebelah utara, timur maupun selatan gedung utama. Tempat ini dilengkapi dengan kran khusus sebanyak 660 buah sehingga secara bersamaan 660 orang dapat berwudhu sekaligus.
    Sedangkan toilet terdapat juga di lantai dasar sebelah timur di bawah teras raksasa. Toilet ini tersedia untuk 80 orang yang terbagi dua kompleks, untuk pria dan wanita. Selain itu juga terdapat 52 kamar mandi yang dapat dikunci dan beberapa toilet di lantai sebelah selatan 12 buah, barat 12 buah dan timur 28 buah.Keperluan wudhu, kamar mandi dan toilet ini dipasok sebanyak 600 liter setiap hari per menit dari PAM.
    Penerangan masjid Istiqlal menggunakan listrik dari PLN, selain itu juga menggunakan 3 generator berkekuatan masing-masing 110 kva dan sebuah generator besar 500 kva. Pendingin ruangan hanya digunakan bagi ruangan-ruangan kantor di lantai bawah dengan menggunakan sistem kontrol terpusat.[32]

    Lantai Dasar

    Lantai dasar masjid ini luasnya 2,5 ha dahulu dibiarkan kosong dan hanya digunakan dalam keadaan darurat untuk menampung masyarakat DKI Jakarta bila dalam keadaan bahaya. Namun sejak tahun 1978 atas perintah Presiden Soeharto lantai ini digunakan untuk kantor organisasi keagamaan. Sekarang, masjid ini semarak dengan berbagai aktivitas umat muslim dan organisasi islam di dalamnya. Ada MUI, Dewan Masjid Asia dan Lautan Teduh, Dewan Masjid Indonesia, Pusat Perpustakaan Islam Indonesia, LPTQ dan BP 4 Pusat. Bahkan di atas lahan di sekeliling masjid Istiqlal, sebagian dipergunakan untuk kegiatan ekonomi, warung makan, cenderamata, dan terutama setiap hari Jum’at ramai dipenuhi pedagang dan pembeli sehabis menunaikan shalat Jum’at, yang dikenal dengan pasar Jum’atan.[33]

    Pagar dan Pintu Gerbang

    Komplek Masjid Istiqlal dikelilingi pagar setinggi empat meter, terdiri dari tembok setinggi satu meter dan diatasnya berdiri pagar setinggi tiga meter yang terbuat dari bahanstainless steel, baja anti karat sepanjang 1.165 meter.[34]
    Semula pagar ini meski dibuat dari bahan baja antikarat dan cukup kokoh, namun tingginya hanya sekitar 1,2 meter ditambah 1 meter tembok sehingga memudahkan keluar masuknya orang-orang yang tidak bertanggung jawab dengan cara melompati pagar tersebut, ditambah lagi dengan pintu gerbang yang sangat mudah dilewati meski pintu tersebut dalam keadaan terkunci.[35]
    Sebagai solusinya maka mulai 2007, pagar diganti menjadi lebih tinggi dan indah seperti yang disaksikan sekarang. Pintu gerbangpun diubah dan dipercantik dengan menggunakan alumunium cor dan dirancang memiliki celah-celah yang rapat yang tidak mungkin dilewati oleh manusia.[36]
    Saat ini untuk masuk ke wilayah Masjid Istiqlal baik menggunakan kendaraan ataupun berjalan kaki harus melalui pintu gerbang yang terbuka yang masing-masing mempunyai gardu jaga. Pintu-pintu gerbang tersebut terletak di sebelah utara, timur, tenggara dan selatan. Salah satu dari pintu gerbang tersebut diperuntukkan khusus untuk VIP yaitu RI 1 dan RI 2.[37]
    Terdapat lima pintu gerbang masuk menuju kompleks Masjid Istiqlal, beberapa gerbang masuk ini dihubungkan ke masjid oleh jembatan yang dibawahnya mengalir sungai Ciliwung dan di kiri kanannya terdapat lapangan parkir yang luas, sedangkan dua buah lainnya di bagian utara tidak dihubungkan dengan jembatan. Gerbang masjid ini terdapat di ketiga sisi kompleks masjid, yaitu sisi utara menghadap pintu air dan jalan Veteran, sisi timur menghadap Gereja Katedral Jakarta dan jalan Katedral, dan sisi tenggara-selatan menghadap jalan Perwira dan kantor pusat Pertamina. Sementara di sepanjang sisi barat terdapat rel kereta api yang menghubungkan Stasiun Gambir dan Stasiun Juanda, di sisi barat ini tidak terdapat pintu gerbang.[38]

    Pintu Masuk

    Terdapat tujuh pintu gerbang masuk ke dalam Masjid Istiqlal. Masing-masing pintu itu diberi nama berdasarkan Asmaul Husna. Dari ketujuh pintu ini tiga pintu yaitu Al Fattah, As Salam dan Ar Rozzaq adalah pintu utama. Ketujuh pintu itu adalah:
    1. Al Fattah (Gerbang Pembuka): pintu utama yang terletak sisi timur laut berhadapan dengan Gereja Katedral. Pintu ini adalah pintu untuk masyarakat umum yang senantiasa terbuka dan terletak di bangunan pendamping dengan kubah kecil diatasnya.
    2. Al Quddus (Gerbang Kesucian): pintu yang terletak di sisi timur laut terdapat di sudut bangunan utama masjid.
    3. As Salam (Gerbang Kedamaian): salah satu pintu utama ini terletak di ujung utara pada sudut bangunan utama. Pintu ini langsung menuju dekat shaf terdepan barisan shalat, sehingga pintu ini digunakan untuk tamu penting VIP, seperti ulama, tamu asing, duta besar dari negara muslim, dan tamu penting lainnya pada acara keagamaan penting.
    4. Al Malik (Gerbang Raja): pintu VVIP di sisi barat pada sudut bangunan utama masjid. Seperti pintu As Salam pintu ini juga langsung menuju dekat shaf terdepan barisan shalat, sehingga pintu ini digunakan untuk tamu penting VVIP seperti presiden dan wakil presiden Indonesia serta tamu negara yang berkunjung.
    5. Al Ghaffar (Gerbang Ampunan): pintu ini terletak di ujung selatan pada bangunan selasar pelataran, tepat di bawah menara masjid Istiqlal. Pintu ini adalah yang paling dekat gerbang tenggara sekaligus yang terjauh dari mihrab masjid.
    6. Ar Rozzaq (Gerbang Rezeki): salah satu pintu utama ini terletak di tengah-tengah sisi selatan selasar pelataran Istiqlal. Dari pintu ini terdapat koridor yang lurus menghubungkannya dengan pintu Al Fatah di sisi timur laut.
    7. Ar Rahman (Gerbang Pengasih): pintu ini terletak di sudut barat daya bangunan selasar masjid, dekat pintu Al Malik.[39]

    Gaya Arsitektur Masjid Istiqlal


    Desain Masjid Istiqlal bergaya arsitektur Islam modern internasional. Arsitektur Islam modern ini menerapkan bentuk-bentuk geometri sederhana seperti kubus, persegi, dan kubah bola, dalam ukuran raksasa untuk menimbulkan kesan agung dan monumental. Bahannya pun dipilih yang besifat kokoh, netral, sederhana, dan minimalis, yaitu marmer putih dan baja antikarat (stainless steel). Ragam hias ornamen masjid pun bersifat sederhana namun elegan, yaitu pola geometris berupa ornamen logam krawangan (kerangka logam berlubang) berpola lingkaran, kubus, atau persegi. Ornamen-ornamen ini selain berfungsi sabagai penyekat, jendela, atau lubang udara, juga berfungsi sebagai unsur estetik dari bangunan ini. Krawangan dari baja ini ditempatkan sebagai jendela, lubang angin, atau ornamen koridor masjid. Pagar langkan di tepi balkon setiap lantainya serta pagar tangga pun terbuat dari baja antikarat. Langit-langit masjid dan bagian dalam kubah pun dilapisi kerangka baja antikarat. Dua belas pilar utama penyangga kubah pun dilapisi lempengan baja antikarat.[40]
    Karena bangunan yang begitu besar dan luas, jika memanfaatkan seluruh permukaan lantai di semua bagian bangunan, masjid ini dapat menampung maksimal sekitar 200.000 jamaah, meskipun demikian kapasitas ideal masjid ini adalah sekitar 120.000 jamaah. Masjid ini mempunyai arsitektur yang bergaya modern. Jamaah dan wisatawan yang berkunjung ke masjid ini dapat melihat konstruksi kokoh bangunan masjid yang didominasi oleh batuan marmer pada tiang-tiang, lantai, dinding dan tangga serta baja antikarat pada tiang utama, kubah, puncak menara, plafon, dinding, pintu krawangan, tempat wudhu, dan pagar keliling halaman.[41]
    Selain sebagai tempat ibadah, Masjid Istiqlal juga merupakan obyek wisata religi, pusat pendidikan, dan pusat aktivitas syiar Islam. Dengan berkunjung ke masjid ini, jamaah dan wisatawan dapat melihat keunikan arsitektur masjid yang merupakan perpaduan antara arsitektur Indonesia, Timur Tengah, dan Eropa. Arsitektur Indonesia nampak pada bangunan yang bersifat terbuka dengan memungkinkan sirkulasi udara alami sesuai dengan iklim tropis serta letak masjid yang berdekatan dengan bangunan pusat pemerintahan. Kemudian pada bagian dalam kubah masjid yang berhiaskan kaligrafi merupakan hasil adopsi arsitektur Timur Tengah. Masjid ini juga dipengaruhi gaya arsitektur Barat, sebagaimana terlihat dari bentuk tiang dan dinding yang kokoh.[42]
    Arsitektur Masjid Istiqlal juga menampilkan pendekatan yang unik terhadap berbagai serapan budaya dalam komposisi yang harmonis. Perpaduan itu menunjukkan kuatnya pemahaman yang menghargai berbagai budaya dari masyarakat yang berbeda, yang ditempatkan sebagai potensi untuk membangun harmoni dan toleransi antar umat beragama, dalam rangka membina kesatuan dan persatuan bangsa.[43]
    Beberapa kalangan menganggap arsitektur Islam modern Timur Tengah masjid Istiqlal berupa kubah besar dan menara terlalu bersifat Arab dan modern, sehingga terlepas dari kaitan harmoni dan warisan tradisi arsitektur Islam Nusantara tradisional Indonesia. Mungkin sebagai jawabannya mantan presiden Soeharto melalui Yayasan Amal Bhakti Muslim Pancasila menyeponsori pembangunan berbagai masjid beratap limas tingkat tiga bergaya tradisional masjid Jawa.[44]

    Imam dan Muadzin


    Masjid Istiqlal mempunyai seorang imam besar, seorang wakil imam besar, dan tujuh orang imam. Sampai saat ini, Masjid Istiqlal memiliki empat imam besar. Imam Besar bertugas untuk mengawasi peribadatan di Masjid Istiqlal sesuai Syari'at Islam dan memberikan layanan konsultasi agama. Mereka adalah K. H. A. Zaini Miftah (1970-1980), K. H. Mukhtar Natsir (1980-2004), K. H. Nasrullah Djamaluddin (2004-2005)dan Imam Besar saat ini yang dijabat oleh Prof. Dr. K. H. Ali Musthafa Ya'qub, M. A. Beliau adalah pengasuh Pondok Pesantren Luhur Ilmu Hadis Darus Sunnah di Ciputat, Jakarta Selatan. Wakil Imam Besar dijabat Drs. H. Syarifuddin Muhammad, M. M. Beliau adalah mantan Ketua Ikatan Penghafal al-Qur'an. Tujuh imam lainnya adalah:
    1. Drs. H. Ali Hanafiah
    2. H. Ahmad Husni Isma'il S. Ag.
    3. Drs. H. Muhasyim Abdul Majid
    4. H. Martomo Malaing AS, S. Q. , S. Th. I
    5. H. Ahmad Rofi'uddin Mahfudz, S. Q.
    6. Drs. H. Hasanuddin Sinaga, M. A.
    7. Drs. H. Dzulfatah Yasin, M. A.[45]
    Selain itu, Masjid Istiqlal juga memiliki tujuh orang muadzin yang bertugas mangumandangkan adzan dan memberikan pengajaran tentang Al-Qur'an dan agama Islam. Mereka adalah:
    1. Drs. H. Abdul Wahid
    2. H. Sayuti
    3. H. Muhammad Mahdi, S. Ag.
    4. H. Ahmad Achwani S. Ag.
    5. H. Hasan Basri
    6. H. Muhdori Abdur Razzaq, S. Ag.
    7. H. Saiful Anwar al-Bintani.[46]

    Referensi



  2. http://www.nytimes.com/

  3. http://id.wikipedia.org/

  4. http://istiqlalmosque.com/

  5. http://id.wikipedia.org/

  6. http://id.wikipedia.org/

  7. https://sites.google.com

  8. https://sites.google.com

  9. http://id.wikipedia.org/

  10. http://id.wikipedia.org/

  11. http://id.wikipedia.org/

  12. http://id.wikipedia.org/

  13. https://sites.google.com

  14. https://sites.google.com

  15. https://sites.google.com

  16. https://sites.google.com

  17. https://sites.google.com

  18. https://sites.google.com

  19. https://sites.google.com

  20. https://sites.google.com

  21. https://sites.google.com

  22. https://sites.google.com

  23. https://sites.google.com

  24. https://sites.google.com

  25. https://sites.google.com

  26. https://sites.google.com

  27. https://sites.google.com

  28. https://sites.google.com

  29. https://sites.google.com

  30. https://sites.google.com

  31. https://sites.google.com

  32. https://sites.google.com

  33. https://sites.google.com

  34. https://sites.google.com

  35. http://id.wikipedia.org/

  36. http://id.wikipedia.org/

  37. http://id.wikipedia.org/

  38. http://id.wikipedia.org/

  39. http://id.wikipedia.org/

  40. http://id.wikipedia.org/

  41. http://id.wikipedia.org/

  42. http://id.wikipedia.org/

  43. http://id.wikipedia.org/

  44. http://id.wikipedia.org/

  45. http://www.nytimes.com/

  46. http://id.wikipedia.org/

  47. http://id.wikipedia.org/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar